RSS

Tuna Rungu

                A.      Definisi
Tunarungu adalah keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi/tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat, yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini walaupun telah diberikan alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Berdasarkan Tingkat Kerusakan/Kehilangan Kemampuan Mendengar
1.       Ringan 20 – 40 dB
2.       Sedang 40 – 60 dB
3.        Berat 70 – 90 dB
4.       Berat sekali 90 dB ke atas

B.      Masalah yang Ditimbulkan Akibat Ketunarunguan
                            (Menurut: Arthur Boothroyd) :
1.       Persepsi Auditif
2.        Bahasa Dan Komunikasi
3.       Kognisi Dan intelektual
4.       Pendidikan
5.       Vokasional
6.       Masy & Ortu
7.       Sosial
8.       Emosi

C.      Landasan Pemberian Layanan Khusus :
1.      Akibat ketunarunguannya atr tidak mengalami masa pemerolehan bahasa
2.      Akibat berikutnya atr tidak berkembang bahasanya
3. Akibat miskin bahasa atr mengalami masalah dalam komunikasi dan belajarnya/ pendidikannya





Perkembangan Prenatal

A.  Pengertian Prenatal 
Periode prenatal atau masa sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak konsepsi, yakni ketika ovum wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan waktu kelahiran seorang individu. Masa ini pada umumnya berlangsung selama 9 bulan kalender atau sekitar 280 hari sebelum lahir. Dilihat dari segi waktunya, periode prenatal ini merupakan periode perkembangan manusia yang paling singkat, tetapi justru pada periode inilah dipandang terjadi perkembangan yang sangat cepat dalam diri individu.
            Pada masa awal penelitian ilmiah tentang perkembangan anak yang dilakukana oleh para ahli psikologi (Barat), perkembangan individu pada masa prenatal ini kurang mendapat perhatian, bahkan cenderung diabaikan. Pada masa-masa awal ini penelitian-penelitian yang dilakukan oleh sebagian besar psikologi (Barat) cenderung dimulai dari periode bayi yang baru lahir dan mengabaikan periode pralahir. Hal ini karena mereka menganggap bahwa perkembangan hidup individu dalam rahim ibu sifatnya perkembangan fisik, dan kerananya hanya memberi sedikit sumbangan bagi pemahaman psikologis tentang perkembangan.
            Kemudian baru pada pertengahan tahun 1940 muncul kesadaran bahwa mengetahui segala kejadian pada masa prenatal sangat penting untuk dapat memahmi secara utuh pola perkembangan yang normal. Bahkan belakang ini penelitian ilmiah telah menunjukkan fakta bahwa terdapat sejumlah pola perkembangan penting yang terjadi pada periode prenatal. Karena itu, prenatal ini bukan saja merupaka periode khusus dalam rentang hidup manusia, tetapi juga merupakan periode yang sangat menentukan (Hurlock, 1980).
            Jauh sebelum adanya perhatian dan pengakuan dari kalangan psikolog Barat terhadap perkembangan individu pada masa prenatal ini, psikolog Timur, terutama psikolog Islam telah lebih dulu menempatkan masa prenatal ini sebagai periode awal perkembangan individu. Beberapa ayat Al-Qur-an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. yang menjadi landasan utama bagi psikolog Islam, telah memberikan sejumlah informasi tentang telah dimulainya kehidupan manusia sejak janin berada dalam kandungan ibunya. Dalam sejumlah ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. secara tidak langsung juga telah disebutkan bahwa selam periode prenatal ini, individu tidak hanya mengalami perkembangan psikologis (Mujjib & Mudzakir, 2001).
            Dewasa ini, para ahli psikologi perkembangan meyakini bahwa kehidupan manusia berawal dari pertemuan sel sperma laki-laki dan sel telur wanita. Pada saat itu, sel sperma laki-laki dengan sel sperma wanita (ovum) dan menghasilkan satu bentuk sel yang telah terbuahi, yang disebut zigot (zygote), yang dalam psikologi Islam disebut nuthfah, yaitu air mani (sperma) yang keluar dari shulbi (tulang belakang) laki-laki lalu bersarang di rahim perempuan.
            Sperma dan sel telur itu dibuat oleh sel-sel perkembangbiakan, yang disebut “sel benih” (germ cell). Sel-sel ini mengandung 46 kromosom, yang diperoleh dari sperma ayah dan ovum ibu, yang dibentuk menjadi 23 pasang. Dalam setiap pasang kromosom terdiri dari satu kromosom pihak ayah dan satu kromosom pihak ibu, dan setiap pasang kromosom ini memilki bentuk dan ukuran yang jelas.
            Dalam pembuahan normal, ovum berada dalam salah satu tabung falopi ketika bergerak dari satu ovarium ke rahim. Sebagai hasil hubungan kelamin, spermatozoa pria dalam jumlah besar diletakkan di mulut rahim dan bergerak menuju tabung falopi. Mereka ditarik ke dalam ovum oleh gaya harmonal yang kuat. Setelah satu sel sperma memasuki ovum, permukaan ovum seketika berubah, sehingga tidak ada sperma lain yang dapat memasukinya. Bila satu sperma menembus dinding ovum, maka inti sel saling mendekat. Membaran yang mengelilingi masing-masing pecah, dan kedua inti bersatu (Seifert & Hoffnung, 1994).
            Dengan demikian, dapat difahami bahwa sel-sel sperma pria dan sel-sel telur (ovum) wanita pada dasarnya memiliki daya hidup atau energi kehidupan, yang dalam psikologi Islam disebut “hayat”. Karena sperma dan ovum memiliki daya hidup, maka ia mampu menjalin hubungan satu sama lain, sehingga pada gilirannya menghasilkan benih manusia (embrio). Kemudian, karena adanya daya hidup ini pulalah yang membuat janin dalam kandungan dapat hidup dan berkembang, hingga lahir menjadi individu baru.
            Semua ini memperkuat anggapan yang menyatakan bahwa perkembangan dan kehidupan manusia dimulai dari masa prenatal, yakni sejak terjadinya pembuahan sel telur (ovum) wanita oleh sel sperma laki-laki dan terbentuknya zigot.    
B.  Proses Perkembangan Prenatal
1.  Tahap Permulaan
            Kehidupan baru mulai dengan bersatunya sel seks laki-laki dan sel seks telur wanita. Kedua sel ini dikembangkan dalam alat-alat reproduksi, yaitu gonad. Sel-sel seks laki-laki, spermatozoa (bentuk tunggalnya : spermatozoon) diproduksi dalam gonad laki-laki, tes-tes, sedangkan sel-sel seks wanita, yaitu telur-telur (tunggal: ovum, jamak: ova), diproduksi dalam gonad wanita, yaitu indung telur (ovarium).
            Sel-sel seks laki-laki dan wanita adalah sama dalam arti bahwa keduanya mengandung kromosom. Setiap sel seks yang matang mempunyai dua puluh tiga kromosom, dan tiap-tiap kromosom mengandung gen yaitu pembawa keturunan. Gen adalah partikel yang ditemukan dalam kombinasi dengan gen-gen lain dalam bentuk menyerupai benang di dalam kromosom. Diperkirakan terdapat sekitar 3.000 gen di dalam setiap kromosom. Gen-gen diturunkan dari orang tua kepada anaknya.         
Sel-sel seks laki-laki juga wanita berbeda dalam dua hal penting. Pertama, di dalam telur yang matang terdapat dua puluh tiga kromosom yang berpasangan sedangkan di dalam spermatozoon terdapat dua puluh dua kromosom yang berpasangan dan satu kromosom yang tidak berpasangan yang mungkin berbentuk kromosom X atau kromosom Y. Kedua, jumlah persiapan tahap-tahap perkembangan yang dilalui sebelum sel-sel itu siap untuk memproduksi seorang manusia baru. Semua sel seks laki-laki atau wanita, harus melalui tahap permulaan perkembangan. Sel-sel seks laki-laki melalui dua tahap permulaan, yaitu pematangan dan pembuahan, sedangkan sel-sel seks wanita melalui tiga tahap permulaan, yaitu pematangan, ovulasi, dan pembuahan.
a.  Pematangan
            Pematangan adalah proses pengurangan kromosom melalui pembelahan sel satu kromosom dari tiap pasangan mencari sel yang belum selesai terbelah, yang selanjutnya akan terbelah menurut panjangnya dan membentuk dua sel baru. Sel yang sudah matang mengandung dua puluh tiga kromosom, yang dikenal sebagai sel baploid. Pematangan sel-sel seks baru terjadi apabila kematangan seks sudah tercapai, yaitu pada masa pubertas baik pada ank laki-laki maupun perempuan.
            Dalam hal spermatozoon, terdapat empat sel baru, yang disebut spermatid, yang masing-masing mampu membuahi ovum (telur). Dalam pembelahan sel telur, satu kromosom dari setiap pasang didorong keluar dinding sel. Sel baru ini dikenal sebagai tubuh polar. Tiga tubuh polar terbentuk dalam proses pembelahan. Berbeda dengan spermatid, tubuh polar tidak dapat dibuahi, sedangkan sel yang keempat, yaitu telur, dapat dibuahi. Kalau telur tidak dibuahi maka telur akan hancur dan keluar dari tubuh pada saat menstruasi.
            Pembelahan kromosom selam proses pematangan adalah masalah kebetulan. Setiap kemungkinan kombinasi kromosom dari pria dan wanita dapat ditemukan di dalam sel-sel baru setelah pembelahan. Diperkirakan, ada 16.777.216 kemungkinan kombinasi dari dua puluh tiga kromosom pria dan dua puluh tiga sel-sel seks wanita.
b.  Ovulasi
            Ovulasi adalah tahapan pendahuluan perkembangan yang terjadi hanya pada sel-sel seks wanita. Ovulasi adalah proses lepasnya sel telur yang matang selama siklus haid. Dipercaya bahwa kedua indung telur saling bergantian dalam mereproduksi telur yang matang sepanjang siklus haid.
            Dalam kelahiran kembar yang tidak identik, dua atau lebih dari dua telur, yang matang dilepaskan dari indung telur. Belum diketahui apakah telur-telur berasal dari indung telur yang sama atau berasal dari kedua buh indung telur, juga belum diketahui mengapa lebih dari satu telur yang matang dilepaskan selam siklus haid yang menyimpang dari pola yang biasa.
            Setelah dilepaskan dari salah satu folikel ovum (indung telur), telur-telur menemukan jalan ke ujung tuba Fallopi di dekat indung telur yang telah melepaskannya. Sekali telur-telur masuk ke dalam tuba, cairan telur-telur didorong oleh kombinasi faktor-faktor: cilia, atau sel-sel berbentuk rambut di sepanjang tuba, cairan yang terdiri dari estrogen dari folikel indung telur dan lendir dari lapisan tuba, dan kontraksi yang ritmis dan progresif dari dinding-dinding tuba. Bila panjangnya siklus haid adalah normal, kurang lebih dua puluh delapan hari, ovulasi terjadi antara hari kelima dan kedua puluh tiga dari siklus rata-rata pada hari kesebelas.
c.  Pembuahan               
            Pembuahan (fertilization), yang terjadi pada masa kehamilan merupakan tahap ketiga dari permulaan perkembangan sejak mulanya kehidupan baru. Biasanya pembuahan terjadi sementara ovum masih berada dalam tuba Fallopi. Lebih spesifik lagi, umumnya pembuahan terjadi dalam dua belas sampai ketiga puluh enam jam dan biasanya terjadi pada dua puluh empat jam pertama setelah telur-telur memasuki tuba. Selama sang gama (coitus) spermatozoon disimpan di mulut uterus. Melalui daya tarik hormonal yang kuat spermatozoon masuk ke dalam tuba yang dibantu mencari jalannya oleh kontraksi otot yang ritmis.
            Setelah spermatozoon menembus ovum, permukaan ovum berubah sedemikian rupa sehingga tidak ada spermatozoon yang lain masuk. Setelah sel sperma menembus dinding ovum, inti dari kedua sel saling mendekati. Terjadi kerusakan pada selaput yang mengelilingi masing-masing nukleus dan ini menyebabkan kedua inti dapat bergabung. Jadi, empat puluh enam kromosom telah bergabung, separuh berasal dari sel wanita dan separuhnya lagi dari sel laki-laki.
2.  Tahap-tahap Perkembangan Prenatal
Menurut perspektif islam, kehidupan manusia telah dimulai pada saat sebelum lahir. Manusia memiliki ruh yang telah hidup sebelum saat kelahiran di dunia. Ruh manusia ini ditiupkan malaikat untuk masuk ke dalam jasad manusia pada saat dikandungan ibunya.
Jasmani manusia, yang menjadi wadah bagi ruh selama ia mengalami kehidupan duniawi, juga diciptakan Allah sesuai dengan ketentuanya. Al-Qur’an  dan hadis banyak membahas tentang itu. Al-Quran bahkan merupakan satu-satunya kitab suci yang membahas tentang awal proses perkembangan pra kelahiran manusia di dalam perut ibu secara cukup rinci. Kemudian setelah peralatan kedokteran berkembang pesat secara, gambar pra kelahiran ini terbukti secara empirik. Diantara perkebangan yang teramat penting dalam kehidupan manusia ialah sewaktu dalam kandungan ibu (prenatal). Proses perkembangan masa prenatal atau pralahir umumnya dibagi menjadi ke dalam tiga tahap periode utama: germinal, embryonis dan fetal. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai ketika periode prenatal tersebut:
1.  Periode Germinal
Periode awal atau germinal adalah periode perkembangan prenatal atau pralahir yang berlangsung pada dua minggu pertama setelah membuahan. Ini meliputi penciptaan zigot, dilanjutkan dengan pemecahan sel, dan melekatnya zigot ke dinding kandungan. Sekitar seminggu setelah pembuahan, zigot terdiri dari 100 hingga 150 sel. Pemisahan sel telah di mulai ketika lapisan dalam dan lapisan luar organisme terbentuk.
Blastocyst adalah lapisan dalam sel yang berkembang menjadi embrio. Trophoblast adalah lapisan luar sel yang berkembang selama periode germinal. Sel-sel ini kemudian menyediakan gizi dan dukungan bagi embrio. Implantantion yaitu melekatnya zigot pada dinding rahim atau kandungan, berlangsung kira-kira sepuluh hari setelah pembuahan.
2.  Periode Embrionis
Periode embrionis adalah periode perkembangan masa prenatal atau prakelahiran yang terjadi dari dua hingga delapan minggu setelah pembuahan. Selama periode embrionis, angka pemisahan sel meningkat, sistem dukungan bagi sel terbentuk, dan organ-organ mulai tampak.
Endoderm embrio adalah lapisan dalam sel, yang berkembang menjadi sistem pencernaan dan pernafasan. Lapisan luar sel pecah menjadi dua bagian. Ectoderm adalah lapisan sistem luar yang menjadi sistem saraf, penerimaan sensor (telinga, hidung, mata, misalnya), dan bagian kulit (rambut dan kuku, misalnya). Mesoderm adalah lapisan tengah yang akan menjadi sistem peredaran, tulang, otot, sistem pembuangan, dan sistem reproduksi.
Ketika sistem ketiga lapisan ini terbentuk, sistem dukungan kehidupan bagi embrio matang dan berkembang dengan cepat. Sistem dukungan kehidupan ini meliputi ari-ari, tali pusar, dan amnion. Ari-ari adalah suatu sistem dukungan kehidupan yang terdiri dari sekelompok jaringan atau lapisan yang berbentuk disk atau piring yang didalamnya pembuluh darah ibu dan anak mengait tetapi tidak menyatu.  Tali pusar adalah suatu sistem dukungan kehidupan yang mengandung pembuluh nadi dan datu pembuluh vena, yang menghubungkan bayi dan ari-ari. Amnion adalah suatu keranjang atau amplop yang berisi cairan bening yang didalamnya embrio yang sedang berkembang mengapung.
3.  Periode Fetal
Periode fetal adalah periode perkembangan masa prenatal atau pralahir yang mulai dua bulan setelah pembuahan dan pada umumnya berlangsung selama tujuh bulan. Pertumbuhan dan perkembangan melanjutkan rangkaian dramatisnya selama periode ini. Tiga bulan setelah pembuahan, panjang janin kira-kira tiga inci dan beratnya satu ons. Janin semakin aktif, menggerakkan tangan dan kakinya, membuka dan menutup mulutnya, dan menggerakkan kepalanya.
Wajah, dahi, kelopak mata, hidung dan dagu dapat dibedakan, demikian juga lengan bagian atas, lengan bagian bawah, tangan, dan tungkai serta alat kemaluan dapat diidentifikasi sebagai laki-laki atau perempuan. Pada akhir bulan keempat, janin tumbuh hingga lima setengah inci dan bertanya hingg empat ons. Pada bagian ini, suatu percepatan pertumbuhan terjadi pada tubuh bagian bawah. Refleks prenatal atau prakelahiran semakin kuat; gerakan-gerakan lengan dan kakau dapar dirasakan untuk pertama kali oleh ibunya.
Pada akhir bulan kelima, panjang janin kira-kira sepuluh hingga dua belas inci dan bertanya setengah hingga satu pon. Struktur kulit sudah terbentuk, misalnya kuku jari kaki dan kuku jari tangan. Janin semakin aktif yang memperlihatkan keinginan suatu posisi tertentu di dalam kandungan.
Pada bulan akhir keenam, panjang janin kira-kira empat belas inci dan bertanya naik setengah hingga satu pon lagi. Mata dan kelopak mata benar-benar terbentuk, dan suatu lapisan rambut halus menutup kepala. Refleks menggenggam muncul, dan pernafasan yang belum beraturan terjadi.
Pada bulan akhir ketujuh, panjang janin empat belas hingga tujuh belas inci dan berat naik beberapa pon lagi hingga dua setengah hingga tiga pon. Selama bulan kedelapan dan kesembilan, janin bertumbuh lebih panjang dan naik lebih berat lagi, kira-kira delapan pon. Ketika lahir, rata-rata bayi Amerika bertambah tujuh hingga tujuh setengah pon dan tingginya sekitar 20 inci. Pada dua bulan terakhir, lapisan atau jaringan lemak berkembang dan fungsi berbagai sistem organ seperti jantung dan ginjal berjalan.
C.  Kondisi Penting Saat Kehamilan
            Pada saat kehamilan, ada empat kondisi penting yang mempengaruhi perkembangan individual selanjutnya
1.   Penentuan Sifat Bawaan
Peristiwa penting yang pertama pada saat kehamilan adalah waktu pembuahan karena pada saat inilah waktunya untuk  menentukan sifat bawaan individu yang baru diciptakan. Pada fase ini ditentukan sifat bawaan yang diperoleh dari kedua orang tua dan nenek dari pihak ibu maupun pihak ayah. Karena sifat bawaan ditentukan satu kali saja untuk seluruh kehidupan seseorang pada saat kehamilan, maka hal ini menjadi jauh lebih penting daripada seandainya sifat bawaan dapat berubah dalam tahap-tahap perkembangan berikutnya.
Hal ini adalah karena dalam masing-masing sel kelamin, baik pria maupun sel wanita, terdapat 23 kromosom, dan setiap kromosom mengandung ribuan partikel yang dinamakan “gen”. Gen inilah yang dipandang sebagai factor penentu keturunan. Gen terdiri dari bahan kimia yang memiliki struktur sangat rumit, yang dikenal dengan DNA (deoxyribonucleic acid), yang akan memberikan arah pada pembentukan zat kimia lainnya, yaitu protein. Salah satu dari protein ini adalah “protein structural” yang ada dalam darah, otot, jaringan tubuh, alat tubuh, dan struktur badan lainnya. Bentuk kedua dari protein ialah “enzim” yang bertugas mengendalikan reaksi kimia fisik di dalam tubuh (pengadaan dan penyimpanan tenaga, peleburan makanan, dan waktu yang diperlukan untuk perkembangan).
            Gen dari cirri dan fungsi yang tertentu terletak pada tempat yang tertentu yang dinamakan loci (locus) pada kromosom tertentu pula. Sewaktu sperma dan ovum bergabung, zigot akan menerima satu gen dari masing-masing lokus kromosom darri masing-masing orang tua. Bila gen-gen yang diterima oleh zigot pada lokus tertentu ternyata ada “perintah” yang saling berlawanan, kemungkinan ialah salah satunya akan menguasai sepenuhnya, atau hanya sebagian, atau kedua unsure yang saling berlawanan itu akan membentuk satu hasil yang tertentu (Davindoff, 1988).
Orang tua memberikan separuh kromosom mereka kepada setiap anak-anaknya, di mana mereka ini menerima kombinasi yang berbeda-beda. Ini berarti bahwa tubuh manusia merupakan eksperimen yang palilng unik, yang tidak dapat diulangi atau dicoba pada orang lain, kecuali mereka yang kembar dua atau tiga. Kembar identik atau sering disebut monozigot (satu telur) merupakan kejadian yang langka, karena terjadi dari pecahnya satu zigot menjadi dua zigot atau lebih dengan gen yang identik. Sedangkan bayi kembar yang kebanyakan adalah fraternal atau dizigot. Asal-usulnya adalah dari pertemuan antara sperma dan ovum yang berbeda, dan antara kembar tersebut cesara genetic mirip dengan mereka yang kakak beradik tidak kembar, yaitu memiliki 50% dari gen mereka. Karena itu, secara umum manusia satu dengan manusia lainnya mempunyai variasi, yang sangat berbeda-beda di dalam genetic. Anggota keluarga bisa mirip tetapi orang tidak mempunyai hubungan darah akan memperlihatkan ciri yang berbeda. 
Penentuan sifat bawaan mempengaruhi perkembangan selanjutnya dalam dua hal. Pertama, factor keturunan membatasi sejauuh mana individu dapat berkembang. Kalau kondisi-kondisi sebelum dan sesudah lahir menguntungkan, dan kalau seseorang mempunyai dorongan yang sangat kuat, ia dapat mengembangkan sifat-sifat fisik dan mental yang diwarisinya sampai batas maksimumnya, tetapi tidak dapat berkembang lebih jauh lagi (10,52, 66). Montagu menekankan, “Kalau kita menguasai lingkungan berarti sedikit banyak kita menguasai factor keturunan. Keturunan, dikatakan, menentukan apa yang dapat kita lakukan, dan lingkungan menentukan apa yang kita lakukan (53).
Yang kedua adalah bahwa sifat bawaan sepenuhnya merupakan masalah kebetulan tidak ada cara tertentu untuk mengendalikan jumlah kromosom dari pihak ibu atau ayah yang akan diturunkan pada anak. Schienfeld menjelaskan bahwa kelahiran individu bergantung pada persatuan ovum tertentu dengan sperma tertentu. Kemungkinan terjadinya persatuan ini hanya 1 dalam 300.000.000.000.000 (300 triliyun) (66).
2.   Penentuan Jenis Kelamin
            Penentuan jenis kelamin (sex) individu merupakan unsur penting kedua yang terjadi pada saat pembuahan. Jenis kelamin tergantung pada jenis spermatozoon yang menyatu dengan ovum.
            Dua jenis spermatozoa matang diproduksi dalam jumlah yang sama. Yang pertama mengandung dua puluh dua pasang kromosom ditambah satukromosom X, yang kedua mengandung dua puluh dua pasang kromosom ditambah satu kromosom Y. kromosom X dan Y adalah kromosom-kromosom penentu jenis kelamin. Telur yang matang selalu mengandung kromosom X. Bila telur ini dibuahi oleh spermatozoon pembawa kromosom Y, akan terjadi anak laki-laki, kalau dibuahi oleh spermatozoon pembawa kromosom X, anak yang lahir akan menjadi perempuan.
            Sekali sel-sel pria dan wanita telah bersatu, tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk mengubah jenis kelamin individu yang baru dibentuk. Apakah individu ini laki-laki atau perempuan akan mempengaruhi pola perilaku dan pola kepribadian sepanjang hidup individu itu.
            Ada tiga alasan mengapa jenis kelamin individu penting bagi perkembangan selama hidupnya. Pertama, setiap tahun anak-anak mengalami peningkatan tekanan-tekanan budaya dari para orang tua, guru, kelompok sebaya mereka, dan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan pola-pola sikap dan perilaku yang dipandang sesuai bagi kelompok jenis kelamin mereka. Anak-anak yang belajar berprilaku sesuai dengan apa yang dianggap wajar bagi jenis kelamin mereka akan menerima dukungan sosial. Sebaliknya, anak-anak yang gagal menyesuaikan diri akan mengalami kritik dan akan dikucilkan oleh masyarakat.
            Kedua, pengalaman belajar ditentukan jenis kelamin individu. Di rumah, di sekolah, dan di dalam kelompok bermain, anak-anak belajar apa yang dianggap pantas untuk anggota-anggota jenis kelamin mereka. Anak laki-laki yang belajar memainkan anak perempuan disebut sebagai “banci” dan anak-anak perempuan yang menyukai permainan laki-laki dikenal sebagai “tomboy”.
            Ketiga, dan mungkin yang terpenting adalah sikap orang tua dan anggota-anggota keluarga penting lainnya terhadap individu sehubungan dengan jenis kelamin mereka. Penelitian tentang kecenderungan jenis kelamin yang disukai menunjukkan bahwa anggapan tradisional yang lebih menyukai anak laki-laki terlebih sebagai anak pertama, masih banyak ditemukan. Kuatnya pemilihan jenis kelamin tertentu akan mempengaruhi sikap-sikap orang tua yang selanjutnya mempengaruhi perilaku mereka kepada anak dan hubungan mereka dengan anak.
3.   Penentuan Jumlah Anak
Peristiwa penting lain yang terjadi pada masa pembuahan adalah penentuan jumlah anak, apakah kelahiran berbentuk tunggal atau kembar. Meskipun pada umumnya dalam peristiwa kelahiran hanya satu anak yang dilahirkan, namun sering juga terjadi kelahiran kembar, baik kembar dua, tiga, empat, maupun kembar lima. Meredith melaporkan bahwa 1 dari 80 kelahiran terjadi kembar dua, 1 dari setiap 9.000 kelahiran terjadi kembar tiga, dan 1 dari setiap 570.000 terjadi kembar empat (47). Orang-orang kulit hitam lebih sering melahirkan bayi kembar, dan orang-orang Cina, Jepang, dan kelompok ras Mongoloid lainnya lebih jarang ketimbang orang-orang kulit putih (47,53,65).
Kelahiran anak kembar ini terjadi apabila ovum yang telah dibuahi (zygote) oleh satu spermatozoa membelah menjadi dua bagian atau lebih yang terpisah selama tahap-tahap permulaan pembelahan sel. Apabila ini terjadi, akan menghasilkan kembar identik (uniovolar), dua, tiga, atau lebih. Tetapi, kalau dua ovum atau lebih dibuahi secara bersamaan oleh spermatozoa yang berlainan, akan menghasilkan kembar non-identik (biovolar, atau fraterbal), dua, tiga, atau lebih.
Sekitar sepertiga dari semua bayi kembar lahir dalam kembar identik. Karena kromosom-kromosom dari gen-gen dari dua zigot atau lebih dari mana individu-individu kembar non-identik berkembang tidak sama, maka keadaan mental dan fisik mereka juga berbeda. Sebaliknya, kembanr identik berasal dari zigot yang sama mempunyai keadaan mental dan fisik yang sama dan konsekuensinya, mereka mempunyai kumpulan kromosom dan gen-gen yang sama. Anak-anak kembar identik selalu mempunyai jenis kelamin yang sama, sedangkan anak-anak kembar non-identik mungkin terjadi dari jenis kelamin yang sama atau berlainan.
Dilihat dari perspektif perkembangan, kelahiran anak tunggal dan kembar ini jelas memiliki perbedaan yang signifikan, serta mempunyai pengaruh terhadap pola perkembangan sebelum dan sesudah kelahiran. Dalam lingkungan sebelum lahir misalnya, anak-anak dari kelahiran kembar berbeda dalam hal-hal penting dari kelahiran tunggal. Bagi anak tunggal, uterus ibu sepenuhnya dimilikinya, sehingga ia dapat bergerak dan berkembnag dengan bebas di dalamnya. Sedangkan bagi anak kembar, ia terpaksa berdesakan di ruang alamiah itu. Akibatnya salah satu di antanya berada dalam dalam posisi yang kurang menguntungkan daripada yang lain.
            Kemudian, dalam llingkungan pascalahir, anak kelahiran kembar juga berbeda denga kelahiran tunggal. Bayi kelahiran tunggal jelas akan mendapat perhatian dari orang tua sepenuhnya. Sebaliknya, bayi kelahiran kembar harus berbagi waktu dan perhatian orang tua. Di samping itu, banyak orang tua, terutama ibu yang merasa bahwa bayi-bayi kembar harus memakai baju yang sama dan melakukan permainan yang sama, terutama apabila bayi-bayi itu memiliki jenis kelamin yang sama. Adanya  tekanan-tekanan untuk menjadi sama dan diabaikannya kesempatan-kesempatan untuk mengembangkan individualitas mereka sendiri akan meninggalkan bekas pada kepribadian dan pola perilaku mereka.
4.   Penentuan Urutan Anak
Posisi anak dalam urutan saudara-saudaranya merupakan kondisi yang ditentukan pada saat pembuahan, dan mempunyai pengaruh mendasar terhadap perkembangan selanjutnya. Hal ini adalah karena umumnya orang tua memiliki sikap, perlakuan dan memberikan peran yang spesifik terhadap anak tunggal, anak tertua, anak menengah, atau anak bungsu. Sikap, perlakuan dan peran yang diberikan orang tua sesuai denga tempat dan urutannya dalam keluarga ini mempunyai pengaruh terhadap kepribadian dan pembentukan sikap anak, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain, serta menjadi salah satu factor yang mempengaruhinya dalam mengembangkan pola perilaku tertentu. Misalnya, bila anak pertama diharapkan bertindak sebagai contoh bagi saudaranya yang lebih muda dan merawat mereka, hal ini akan mempengaruhi sikap anak pertama terhadap diri dan perlaku mereka sendiri sepanjang rentang hidupnya.
Beberapa telaah tentang pengaruh posisi urutan terhadap penyesuaian dalam perkawinan di kemudian hari, menunjukan bahwa penyesuaian perkawinan yang terbaik terjadi dalam keluarga-keluarga dimana suami merupakan anak tertua yang mempunyai adik-adik wanita. Sebab para suami yang dilahirkan sebagai anak pertama telah belajar bertanggung jawab dan mengadakan penyesuaian yang lebih baik dalam kehidupan perkawinan. Sedangkan penyesuaian yang terburuk dan jumlah perceraian terbesar terdapat dalam keluarga di mana suami merupakan adik yang mempunyai kakak-kakak wanita. Kenyataan menunjukan bahwa anak pertama cenderung lebih cerdas dan berprestasi tinggi daripada saudara-sauradanya yang lebih muda.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa periode prenatal merupakan periode awal kehidupan manusia yang sangat menentukan pola perkembangannya pada periode-periode selanjutnya. Sifat-sifat bawaan yang diturunkan sekali untuk selamanya dan berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya, ditentukan pada periode ini. Kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembnagan sifat bawaan, sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembnagannya, bahkan merusak perkembangan selanjutnya. Di samping itu, periode prenatal juga merupakan periode penentuan jenis kelamin individu.
Beberapa ciri umum sehubungan dengan posisi urutan:
1.   Anak Pertama
a.       Berprilaku secara matang karena berhubungan dengan orang-orang dewasa dank arena diharapkan memikuk tanggung jawab.
b.      Benci terhadap fungsinya sebagai teladan bagi adik-adiknya sebagai pengasuh mereka.
c.       Cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok dan mudah dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orang tua.
d.      Mempunyai perasaan kurang aman dan perasaan benci sebagai akibat dari lahirnya adik yang sekarang menjadi pusat perhatian.
e.       Kurang agresif dan kurang berani karena perlindungan orang tua yang berlebihan.
f.       Mengembangkan kemampuan memimpin sebagai akibat dia harus memikul tanggung jawab di rumah. Tetapi sering disanggah dengan kecenderungan untuk menjadi “bos”.
g.      Biasanya berprestasi tinggi atau sangat tinggi karena tekanan dan harapan orang tua dan keinginan untuk memperoleh kembali perhatian orang tua bila ia merasa bahwa adik-adiknya merebut perhatian orang tua dari adiknya.
h.      Sering tidak bahagia karena adanya perasaan kurang aman yang timbul dari berkurangnnya perhatian orang tua dengan keahiran adik-adiknyadan benci karena mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih banyak daripada adik-adiknya.  
2.   Anak Kedua
a.       Belajar mandiri dan bertualang adalah akibat dari kebebasan yang lebih banyak.
b.      Menjadi benci atau berusaha melebihi perilaku kakaknya yang lebih diunggulkan.
c.       Tidak menyukai keistimewaan yang diperolah kakanya.
d.      Bertingkah dan melanggar peraturan untuk menarik perhatian orang tua bagi dirinya sendiri dan merebut perhatian orang tua dari kakak atau adik-adiknya.
e.       Mengembangkan kecenderungan untuk menjadi “bos”, mengejek, mengganggu atau bahkan meyerang adik-adiknya yang memperoleh lebih banyak perhatian orang tua.
f.       Mengembangkan kebiasaan untuk tidak berprestasi tinggi karena kurangnya harapan-harapan orang tua dan kurangnya tekanan untuk berprestasi.
g.      Mempunyai tanggung jawab yang lebih sedikit dibandingkan tanggung jawab anak pertama. Sering ditafsirkan bahwa anak tengah lebih rendah daripada anak pertama. Hal ini melemahkan pengembangan sifat-sifat kepemimpinan.
h.      Terganggu oleh perasaan-perasaan diabaikan orang tua yang selanjutnya mendorong timbulnya berkembangnya gangguan perilaku.
i.        Mencari persahabatan dengan teman-teman sebaya di luar rumah, hal ini seringkali mengakibatkan penyesuaian sosial yang lebih baik daripada penyesuaian anak pertama.
3.   Anak Bungsu
a.       Cenderung keras dan banyak menuntut sebagai akibat dari kurang ketatnya disiplin dan “dimanjakan” oleh anggota-anggota keluarga.
b.      Tidak banyak memiliki rasa benci dan rasa aman yang lebih besar karena tidak pernah diasaingi oleh saudara-saudaranya yang lebih muda.
c.       Biasanya dilindungi oleh orang tua dari kekurangan fisik atau verbal kakak-kakaknya dan hal ini mendorong ketergantungan dan kurangnya rasa tanggung jawab.
d.      Cenderung tidak berprestasi tinggi karena kurangnya harapan dan tuntutan orang tua.
e.       Mengalami hubungan sosial yang baik di luar rumah dan biasanya popular tetapi jarang menjadi pemimpin karena kurangnya kemauan memikul tanggung jawab.
f.       Cenderung merasa bahagia karena memperoleh perhatian dan “dimanjakan” anggota-anggota keluarga selama awal masa kanak-kanak.
D.  Faktor dan Efek yang Mempengaruhi Perkembangan Prenatal
Selama periode prenatal ini, rahim merupakan lingkungan yang sangat menentukan perkembangan janin. Pada umumnya, kondisi rahim ibu itu sangat nyaman bagi janin dan terlindung dari setiap gangguan. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa janin tersebut secara absolute luput dari pengaruh-pengaruh luar (Santrock, 1995).
            Sebagian besar proses pertumbuhan janin sangat bergantung pada kondisi internal ibu, baik kondisi fisik maupun psikisnya. Sebab ibu dan janin merupakan satu unitas organik yang tunggal. Semua kebutuhan ibu dan janin dipenuhi melalui proses fisiologis yang sama. Substansi fisik ibu akan mengalir pula ke dalam jasad janinnya. Demikian pula dengan setiap gerakan yang dilakukan ibu, dapat memberikan rangsangan berupa pengalaman indra yang beranekaragam. Oleh sebab itu, kesehatan ibu, pengaturan diet, pemakaian obat, serta kondisi emosional ibu dapat menimbulkan pengaruh kimia prenatal (chemical prenatal influence) yang berakibat kerusakan sel dan merupakan kejadian traumatic (traumatic event). Berikut beberapa faktor dan efek yang mempengaruhi perkembangan prenatal.
1.  Kesehatan Ibu
Penyakit yang diderita ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan masa prenatal. Apalagi penyakit tersebut bersifat kronis, seperti kencing manis, TBC, radang saluran kencing, penyakit kelamin, dan sebagainya dapat mengakibatkan lahirnya bayi-bayi yang cacat. Demikian pula jika terjadi benturan ketika janin berusia 3 bulan disertai dengan gangguan kesehatan pada ibu, seperti influenza, gondok atau cacar, dapat merusak perkembangan janin. Bahkan, apabila ibu hamil terserang campak rubella (campak jerman), dapat dipastikan bahwa 60% kemungkinan bayi lahir dalam keadaan cacat seperti kebutaan, ketulian, kelainan jantung, kerusakan pada sistem saraf pusat, serta keterbelakangan mental dan emosional.
Selain itu, sifilis juga merupakan penyakit yang membahayakan pada perkembangan  prenatal. Selain mempengaruhi organogenesis, sifilis juga merusak organ setelah organ terbentuk. Kerusakan meliputi luka mata yang dapat menyebabkan kebutaan dan juga dapat menyebabkan kematian pada janin. Janin yang dapat bertrahan hidup memperlihatkan tanda-tanda seperti penyakit kuning, anemia, radang paru-paru, penyakit kulit dan radang tulang (blackman , 1990).
AIDS (acquired immune deficiency syndrome) juga sangat mematikam pada masa perkembangan prenatal. Mayoritas ibu yang menularkan HIV kepada keturunannya terinfeksi melalui penggunaan obat-obatan yang disuntikan kedalam pembuluh darah atau hubungan heteroseksual dengan para pengguna obat-obatan suntik (santock, 1995).
Setidak-tidaknya ada tiga cara ibu yang menderita AIDS menginfeksi anaknya:
1)      Selama hamil, melalui ari-ari
2)      Selama melahirkan, melalui kontak dengan darah atau cairan ibu
3)      Setelah melahirkan melalui air susu
2.  Gizi Ibu
            Faktor lain yang sangat berpengaruh tehadap perkembangan pada masa prenatal adalah gizi ibu. Hal ini karena janin yang sedang berkembang sangat tergantung pada gizi ibunya, yang diperoleh dari darah ibunya. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi cenderung cacat. Ibu-ibu yang makanannya buru cenderung memiliki anak yang beratnya paling rendah, kurang vitalitas, dan lahir premature atau meninggal.
            Suatu penelitian tentang ibu-ibu di Iowa mendokumentasikan pentingnya peran gizi dalam perkembangan masa prenatal dan kelahiran. Makanan 400 orang wanita hamil dipelajari dan status bayi mereka yang baru lahir diukur. Ternyata, ibu-ibu yang makanannya paling buruk cenderung memiliki anak yang beratnya paling rendah, kurang vitalitas, dan lahir premature atau meninggal. Dalam penelitian lain, makanan tambahan (diet supplement) yang diberikan kepada ibu-ibu yang kekurangan gizi selama kehamilan meningkatkan performa anak mereka selama 3 tahun pertama kehidupannya (Werner, dalam Santrock, 1995).
3.  Pemakaian Bahan-bahan Kimia Oleh Ibu
            Bahan-bahan kimia yang terdapat dalam obat-obatan atau makanan yang ada dalam peredaran darah ibu yang tengah hamil, dapat mempengaruhi perkembangan janin. Bahan-bahan kimia tersebut dapat menimbulkan efek samping, baik pada fisik maupun system kimiawi dalam tubuh janin, yang dinamakan metabolite.
            Selain satu jenis obat yang mengandung bahan kimia yang membahayakan perkembangan janin adalah thalidomide. Pada orang dewasa, thalidomide tidak berdampak buruk. Tetapi pada embrio, obat penenang itu sangat merusak. Kalau ibu menelan thalidomide selama dua bulan pertama kehamilan, dapat menghambat pertumbuhan lengan dan kaki janin (Seiffert & Hoffnung, 1994).
            Penelitian awal yang dilakukan David Carr terhadap ibu-ibu yang menggunakan pil anti hamil, merekomendasikan bahwa bagi ibu yang menelan pil anti hamil jangan hamil terlalu dekat dengan saat dihentikannya penggunaan pil tersebut. Sebab, dari 54 kasus keguguran yang terjadi 6 bulan setelah ibu berhenti menggunakan pil anti hamil, sebanyak 48% menunjukkan kromosom yang abnormal (Davidof, 1988).
            Minuman yang mengandung alkohol juga merupakan zat lain yang dapat mempengaruhi masa prenatal. Wanita pecandu alkohol dan tetap meminumnya selama kehamilannya dalam frekuensi yang sering, kemungkinan besar akan melahirkan bayi dengan gejala yang disebut “sindrom alcohol janin” (Fetal Alcohol syndrome, FAS), yaitu sekelompok keabnormalan yang tampak pada anak dari ibu yang banyak meminum alkohol selama kehamilan. Keabnormalan itu meliputi cacat pada wajah, seperti hidung dan bibir bawah pendek. Jika ibu hamil meminum alkohol setelah tri mester, kemungkinan bayi menderita kelainan jantung, kepala kecil, penyimpangan pada tulang, serta memperlihatkan perlambatan perkembangan mental dan motorik (Barr et.all., 1990).
              Menghisap rokok oleh wanita hamil juga dapat berdampak buruk bagi perkembangan masa prenatal, kelahiran, dan perkembangan pasca lahir., seperti pengurangan bobot kelahiran, aborsi spontan, premature dan sindrom kematian bayi yang tinggi selam proses kelahiran, serta penyesuaian diri yang buruk. Secara rinci dampak penggunaan obat-obatan terhadap perkembangan masa prenatal sebagai berikut:
Dampak Penggunaan Obat-obatan Selama Kehamilan
Obat-obatan
Dampaknya pada Janin dan Anak
Alkohol





Nikotin/rokok



Obat penenang

Barbiturates

Amfetamin
Kokain




Marijuana

Jumlah kecil menambah resiko aborsi spontan. Jumlah sedang (1-2 kali minum sehari) diasosiasikan dengan munculnya ketidakmampuan memberi perhatian pada masa bayi. Jumlah banyak menyebabkan sindrom alkohol janin. Menurut beberapa ahli, jumlah kecil hingga besar, khususnya pada 3 bulan pertama kehamilan dapat meningkatkan sindrom alkohol janin.
Merokok berat diasosiasikan dengan rendahnya berat lahir bayi, yang berarti dapat mengindap lebih banyak masalah kesehatan dibandingkan dengan bayi lain. Merokok dapat membahayakan khususnya pada pertengahan kedua kehamilan.
Selama 3 bulan pertama kehamilan, obat penenang dapat menyebabkan langit-langit mulut terbelah atau cacat bawaan lahir.
Ibu yang menggunakan dosis tinggi dapat membuat bayi kecanduan, mengalami gemetar, gelisah, dan mudah terluka.
Dapat menyebabkan kelainan lahir
Menyebabkan ketergantungan obat-obatan dan gejala buruk pada kelahiran,baik fisik maupun mental, khususnya kalau ibu menggunakannya pada 3 bulan pertama kehamilan,seperti hipertensi, masalah jantung, keterbelakangan perkembangan, dan kesulitan belajar.
Dapat menyebabkan berbagai kelainan lahir dan diasosiasikan dengan rendahnya berat dan panjang bayi.
SUMBER: diadaptasi dari Jhon W. Santrock, (1995) Keadaan dan Ketegangan Emosi Ibu
4.  Keadaan dan Ketegangan Emosi Ibu
            Keadaan emosional ibu selama kehamilan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan masa prenatal. Hal ini adalah karena ketika sepramh ibu hamil mengalami ketakutan, kecemasan, stres dan emosi lain yang mendalam, maka terjadi perubahan psikologis, antara lain meningkatnya pernafasan dan sekresi oleh kelenjar. Adanya produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan akan menghambat aliran darah ke daerah kandungan dan membuat janin kekurangan udara.
            Ibu yang mengalami kecemasan berat dan berkepanjangan sebelum atau selama kehamilan, kemungkinan besar mengalami kesulitan medis dan melahirakan bayi yang abnormal dibandingkan dengan ibu yang relative tenang dan aman. Goncangan emosi diasosiasikan dengan kejadian aborsi spontan, kesulitan proses lahir, kelahiran prematur dan penurunan berat, kesulitan pernafasan dari bayi yang baru lahir dan cacat fisik.
            Disamping itu, stres dan kecemasan yang dialami ibu setelah kehamilan, diasosiasikan dengan bayi yang sangat aktif, lekas marah (pemarah), dan tidak teratur dalam makan, tidur, dan buang air. Kecemasan pada ibu itu kemungkinan terus berlanjut sampai setelah anak lahir (Sameroff & Chandler, 1975). Suatu studi memperlihatkan hubungan antara kecemasan ibu selama kehamilan dan kondisi bayi yang baru lahir. Dalam studi ini, ibu-ibu menjawab suatu kuesioner tentang kecemasan mereka setiap 3 bulan selama kehamilan. Ketika bayi sudah lahir, berat bayi, tingkat aktivitas, dan tangisanya diukur. Bayi dari ibu yang lebih cemas menangis lebih banyak sebelum diberi makan dan lebih aktif daripada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang kurang cemas (Santrock, 1998).
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 Colorful Learning All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes