Cara
Menentukan Kelas bagi Anak Yang Baru Masuk
Pihak sekolah melakukan assessment, melihat
kekurangan yang dimiliki siswa dengan cara berkonsultasi terlebih dahulu antara
guru dengan orang tua siswa. Setiap siswa berbeda-beda ketunaannya, ada yang
sudah dibekali keterampilan oleh orang tuanya dan ada juga yang tidak dibekali.
Orang yang dibekali keterampilan dan yang tidak dibekali keterampilan ketika di
sekolahkan di SLB, akan berbeda perilakunya. Dengan adanya konsultasi antara
orang tua dan guru, guru dapat menilai siswa tersebut apakah termasuk tuna A,
B, C, D, E atau G. Tuna yang berat dan tidak berat tidak disatukan menjadi
satu. Tetapi dipisahkan, tujuannya untuk tidak mengganggu anak yang
berkebutuhan khusus yang lainnya.
Selain cara tersebut, biasanya guru memberi solusi
kepada orang tua anak berkebutuhan khusus untuk terlebih dahulu berkonsultasi terhadap pakar
yang menangani anak yang berkekurangan. Contohnya seperti anak tunarungu
sebaiknya memeriksakan telinganya terlebih dahulu ke bagian THT dengan
menggunakan audiometer. Dengan memeriksakannya, akan diketahui berapa dB kah pendengaran yang ia dengar.
Setelah mengetahui berapa dB, bagian THT dapat mengklasifikasikan bahwa anak
tersebut tuna rungu ringan, sedang, agak berat, dan berat sekali.
Contoh lain yaitu anak tunagrhaita, anak tunagrhita
dan orang tua sebaiknya melakukan konsultasi kepada psikolog, dengan cara
begitu psikolog dapat mengklasifikasikan anak tersebut termasuk anak
tunagrahita ringan, sedang, agak berat, atau berat sekali.
Semua anak yang berkebutuhan khusus sebaiknya di
konsultasikan terlebih dahulu sesuai ketunaannya. Dengan mengkonsultasikannya
maka akan dapat dikalsifikasikan anak tersebut masuk ke dalam tuna kelompok
yang mana. Sehingga guru dapat mengkelompokkan anak tersebut sesuai hasil
pemeriksaan.
Cara
Mengajar, Metode, dan Pendekatan Yang Digunakan
Cara mengajar guru anak berkebutuhan kunci utamanya
adalah sabar dan ikhlas. Dengan kesabaran kita dapat menimbulkan keikhlasan.
Anak berkebutuhan khusus dapat meraskan guru tersebut ikhlas mengajar dirinya
atau tidak. Jika guru mengajar denngan ikhlas, maka anak tersebut belajarnya
akan nyaman. Anak berkebutuhan khusus, silabusnya sama seperti anak biasa.
Tetapi, disini, cara mengajar dan pemberian materi disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus. Ini diakibatkan
karena IQ anak SD biasa dengan anak berkebutuhan khusus berbeda, kelas tinggi
di SD berbeda dengan anak kelas tinggi di SLB, bahkan kelas tinggi di SD sama
dengan kelas rendah di SLB. Pemberian materi disesuaikan karena apabila terlalu
memaksakan makan materi yang akan diberikan akan percuma, akan seperti ember
kosong. Jika di sesuaikan maka materi tersebut dapat dengan mudah di mengerti
oleh anak berkebutuhan khusus.
Metode yang digunakan disesuaikan juga dengan
situasi dan kondisi anak berkebutuhan khusus tersebut. Karena metode yang
digunakan guru antara tuna A, B, C, D, E, dan G akan berbeda-beda satu sama
lain. Di SLB Negeri 2 cimahi menggunakan metode komunikatif total. Metode
komunikatif total adalah segala cara yang dilakukan guru agar dapat
berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus, misalnya menggunakan isyarat,
audio, visual, audiovisual dan lain-lain.
Pendekatan yang dilakukan juga disesuaikan dengan
situasi dan kondisi siswa. Karena setiap anak berkebutuhan khusus berbeda-beda
satu sama lain. Pendekatan yang dilakukan semaksimal/setotal mungkin bagaimana
anak tersebut mau belajar.
cPendidikan
Inklusi
Salah satu guru di SLB Negeri 2 Cimahi setuju dengan
adanya pendidikan inklusi, karena pendidikan inklusi memberikan kesempatan
kepada anak berkebutuhan khsus untuk mengoptimalkan potensinya bersama anak
biasa.
Dengan adanya pendidikan inklusi, maka anak
berkebutuhan khusus tidak dipandang sebelah mata, mereka harus disamaratakan
dengan anak biasa.
Jika ada orang tua yang ingin memasukan anankya ke
sekolah inklusi, sebaiknya orang tua tersebut mengetahui kemampuan anaknya,
yaitu dengan cara berkonsultasi terhadap ahli yang menangani ketunaannya. Tidak hanya kemampuannya, orang tua juga
harus tau seberapa besar beban psikologis anak.
Dua hal tersebut sangat penting, karena akan mempengaruhi anak
berkebutuhan khusus saat belajar mengajar di sekolah inklusi.
Apabila anak memiliki kemampuan untuk maju dan
memiliki intelegensi di ambang batas, atau berada di tengah rata-rata sebaiknya
anak berkebutuhan khusus tersebut di masukan ke sekolah inklusi. Karena apabila
anak berkebutuhan khusus tersebut di masukan ke SLB, maka ia akan kendor untuk
belajar karena anak tersebut pinter sendiri diantara kelompok-kelompoknya.
Pemerintah sudah menyediakan pendidikan inklusi
untuk anak berkebutuhan khusus, sebaiknya orang tua yang ingin memasukan
anaknya ke sekolah inklusi harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu
kepribadian anak tersebut dan memiliki totalitas yang tinggi. Bagi orang tua
anak berkebutuhan khusus, sebaiknya ketika guru di sekolah inklusi sudah
memberikan materi, orang tua harus membimbing kembali di rumah tentang materi yang
sudah di pelajari anak bersama guru di sekolahnya. Hal tersebut bertujuan agar
anak berkebutuhan khusus lebih mengerti apa yang telah dipelajari bersama
gurunya.
Adakalanya anak
berkebutuhan khusus yang sekolah di sekolah inklusi memiliki beberapa tingkah
laku yang berbeda-beda yaitu diantaranya ada yang merasa minder diantara
teman-teman yang biasa, ada yang hyperaktif, ada yang selalu mengganggu
temannya dan lain-lain. Jika tidak ingin terjadi sesuatu sebaiknya anak
berkebutuhan khusus yang sekolah di sekolah inklusi di dampingi oleh guru dari
PLB (Pendidikan Luar Biasa) agar dapat tertangani karena guru tersebut adalah
guru dari bidang anak-anak yang berkebutuhan khusus.
0 comments:
Post a Comment