Proposal Penelitian Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Emosional Siswa Usia Sekolah dasar
Posted by
Unknown
/
Comments: (0)
Tuna Rungu
Posted by
Unknown
on Monday 24 December 2012
/
Comments: (0)
A. Definisi
Tunarungu adalah keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh
gradasi/tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat, yang akan
mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini walaupun telah
diberikan alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Berdasarkan Tingkat Kerusakan/Kehilangan Kemampuan Mendengar
1.
Ringan 20 – 40 dB
2.
Sedang 40 – 60 dB
3.
Berat 70
– 90 dB
4.
Berat sekali 90 dB ke atas
B.
Masalah
yang Ditimbulkan Akibat Ketunarunguan
(Menurut: Arthur Boothroyd) :
1.
Persepsi Auditif
2.
Bahasa
Dan Komunikasi
3.
Kognisi Dan intelektual
4.
Pendidikan
5.
Vokasional
6.
Masy & Ortu
7.
Sosial
8.
Emosi
C. Landasan Pemberian Layanan Khusus :
1. Akibat ketunarunguannya atr tidak mengalami masa
pemerolehan bahasa
2. Akibat
berikutnya atr tidak berkembang bahasanya
3. Akibat miskin bahasa atr mengalami masalah dalam
komunikasi dan belajarnya/ pendidikannya
Perkembangan Prenatal
Posted by
Unknown
on Saturday 22 December 2012
/
Comments: (0)
A. Pengertian Prenatal
Periode prenatal atau
masa sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak
konsepsi, yakni ketika ovum wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan
waktu kelahiran seorang individu. Masa ini pada umumnya berlangsung selama 9
bulan kalender atau sekitar 280 hari sebelum lahir. Dilihat dari segi waktunya,
periode prenatal ini merupakan periode perkembangan manusia yang paling
singkat, tetapi justru pada periode inilah dipandang terjadi perkembangan yang
sangat cepat dalam diri individu.
Pada
masa awal penelitian ilmiah tentang perkembangan anak yang dilakukana oleh para ahli psikologi
(Barat), perkembangan individu pada masa prenatal ini kurang mendapat
perhatian, bahkan cenderung diabaikan. Pada masa-masa awal ini
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh sebagian besar psikologi (Barat)
cenderung dimulai dari periode bayi yang baru lahir dan mengabaikan periode
pralahir. Hal ini karena mereka menganggap bahwa perkembangan hidup individu
dalam rahim ibu sifatnya perkembangan fisik, dan kerananya hanya memberi
sedikit sumbangan bagi pemahaman psikologis tentang perkembangan.
Kemudian
baru pada pertengahan tahun 1940 muncul kesadaran bahwa mengetahui segala
kejadian pada masa prenatal sangat penting untuk dapat memahmi secara utuh pola
perkembangan yang normal. Bahkan belakang ini penelitian ilmiah telah
menunjukkan fakta bahwa terdapat sejumlah pola perkembangan penting yang
terjadi pada periode prenatal. Karena itu, prenatal ini bukan saja merupaka
periode khusus dalam rentang hidup manusia, tetapi juga merupakan periode yang
sangat menentukan (Hurlock, 1980).
Jauh
sebelum adanya perhatian dan pengakuan dari kalangan psikolog Barat terhadap
perkembangan individu pada masa prenatal ini, psikolog Timur, terutama psikolog
Islam telah lebih dulu menempatkan masa prenatal ini sebagai periode awal
perkembangan individu. Beberapa ayat Al-Qur-an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
yang menjadi landasan utama bagi psikolog Islam, telah memberikan sejumlah
informasi tentang telah dimulainya kehidupan manusia sejak janin berada dalam
kandungan ibunya. Dalam sejumlah ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
secara tidak langsung juga telah disebutkan bahwa selam periode prenatal ini,
individu tidak hanya mengalami perkembangan psikologis (Mujjib & Mudzakir,
2001).
Dewasa
ini, para ahli psikologi perkembangan meyakini bahwa kehidupan manusia berawal
dari pertemuan sel sperma laki-laki dan sel telur wanita. Pada saat itu, sel
sperma laki-laki dengan sel sperma wanita (ovum) dan menghasilkan satu bentuk
sel yang telah terbuahi, yang disebut zigot (zygote), yang dalam psikologi
Islam disebut nuthfah, yaitu air mani (sperma) yang keluar dari shulbi (tulang
belakang) laki-laki lalu bersarang di rahim perempuan.
Sperma
dan sel telur itu dibuat oleh sel-sel perkembangbiakan, yang disebut “sel
benih” (germ cell). Sel-sel ini mengandung 46 kromosom, yang diperoleh dari
sperma ayah dan ovum ibu, yang dibentuk menjadi 23 pasang. Dalam setiap pasang
kromosom terdiri dari satu kromosom pihak ayah dan satu kromosom pihak ibu, dan
setiap pasang kromosom ini memilki bentuk dan ukuran yang jelas.
Dalam
pembuahan normal, ovum berada dalam salah satu tabung falopi ketika bergerak
dari satu ovarium ke rahim. Sebagai hasil hubungan kelamin, spermatozoa pria
dalam jumlah besar diletakkan di mulut rahim dan
bergerak menuju tabung falopi. Mereka ditarik ke dalam ovum oleh gaya
harmonal yang kuat. Setelah satu sel sperma memasuki ovum, permukaan ovum
seketika berubah, sehingga tidak ada sperma lain yang dapat memasukinya. Bila
satu sperma menembus dinding ovum, maka inti sel saling mendekat. Membaran yang
mengelilingi masing-masing pecah, dan kedua inti bersatu (Seifert &
Hoffnung, 1994).
Dengan
demikian, dapat difahami bahwa sel-sel sperma pria dan sel-sel telur (ovum)
wanita pada dasarnya memiliki daya hidup atau energi kehidupan, yang dalam
psikologi Islam disebut “hayat”. Karena sperma dan ovum memiliki daya hidup,
maka ia mampu menjalin hubungan satu sama lain, sehingga pada gilirannya
menghasilkan benih manusia (embrio). Kemudian, karena adanya daya hidup ini
pulalah yang membuat janin dalam kandungan dapat hidup dan berkembang, hingga
lahir menjadi individu baru.
Semua
ini memperkuat anggapan yang menyatakan bahwa perkembangan dan kehidupan
manusia dimulai dari masa prenatal, yakni sejak terjadinya pembuahan sel telur
(ovum) wanita oleh sel sperma laki-laki dan terbentuknya zigot.
B. Proses Perkembangan Prenatal
1. Tahap Permulaan
Kehidupan
baru mulai dengan bersatunya sel seks laki-laki dan sel seks telur wanita.
Kedua sel ini dikembangkan dalam alat-alat reproduksi, yaitu gonad.
Sel-sel seks laki-laki, spermatozoa (bentuk tunggalnya : spermatozoon) diproduksi
dalam gonad laki-laki, tes-tes, sedangkan sel-sel seks wanita, yaitu
telur-telur (tunggal: ovum, jamak: ova), diproduksi dalam gonad wanita, yaitu
indung telur (ovarium).
Sel-sel
seks laki-laki dan wanita adalah sama
dalam arti bahwa keduanya mengandung kromosom. Setiap sel seks yang matang
mempunyai dua puluh tiga kromosom, dan tiap-tiap kromosom mengandung gen yaitu
pembawa keturunan. Gen adalah partikel yang ditemukan dalam kombinasi dengan
gen-gen lain dalam bentuk menyerupai benang di dalam kromosom. Diperkirakan
terdapat sekitar 3.000 gen di dalam setiap kromosom. Gen-gen diturunkan dari
orang tua kepada anaknya.
Sel-sel seks laki-laki
juga wanita berbeda dalam dua hal penting. Pertama, di dalam telur yang
matang terdapat dua puluh tiga kromosom yang berpasangan sedangkan di dalam
spermatozoon terdapat dua puluh dua kromosom yang berpasangan dan satu kromosom
yang tidak berpasangan yang mungkin berbentuk kromosom X atau kromosom Y.
Kedua, jumlah persiapan tahap-tahap perkembangan yang dilalui sebelum sel-sel
itu siap untuk memproduksi seorang manusia baru. Semua sel seks laki-laki atau
wanita, harus melalui tahap permulaan perkembangan. Sel-sel seks laki-laki
melalui dua tahap permulaan, yaitu pematangan dan pembuahan, sedangkan sel-sel
seks wanita melalui tiga tahap permulaan, yaitu pematangan, ovulasi, dan
pembuahan.
a. Pematangan
Pematangan
adalah proses pengurangan kromosom melalui pembelahan sel satu kromosom dari
tiap pasangan mencari sel yang belum selesai terbelah, yang selanjutnya akan
terbelah menurut panjangnya dan membentuk dua sel baru. Sel yang sudah matang
mengandung dua puluh tiga kromosom, yang dikenal sebagai sel baploid. Pematangan
sel-sel seks baru terjadi apabila kematangan seks sudah tercapai, yaitu pada
masa pubertas baik pada ank laki-laki maupun perempuan.
Dalam
hal spermatozoon, terdapat empat sel baru, yang disebut spermatid, yang
masing-masing mampu membuahi ovum (telur). Dalam pembelahan sel telur, satu
kromosom dari setiap pasang didorong keluar dinding sel. Sel baru ini dikenal
sebagai tubuh polar. Tiga tubuh polar terbentuk dalam proses pembelahan.
Berbeda dengan spermatid, tubuh polar tidak dapat dibuahi, sedangkan sel yang
keempat, yaitu telur, dapat dibuahi. Kalau telur tidak dibuahi maka telur akan
hancur dan keluar dari tubuh pada saat menstruasi.
Pembelahan
kromosom selam proses pematangan adalah masalah kebetulan. Setiap kemungkinan
kombinasi kromosom dari pria dan wanita dapat ditemukan di dalam sel-sel baru
setelah pembelahan. Diperkirakan, ada 16.777.216 kemungkinan kombinasi dari dua
puluh tiga kromosom pria dan dua puluh tiga sel-sel seks wanita.
b. Ovulasi
Ovulasi
adalah tahapan pendahuluan perkembangan yang terjadi hanya pada sel-sel seks
wanita. Ovulasi adalah proses lepasnya sel telur yang matang selama siklus
haid. Dipercaya bahwa kedua indung telur saling bergantian dalam mereproduksi
telur yang matang sepanjang siklus haid.
Dalam
kelahiran kembar yang tidak identik, dua atau lebih dari dua telur, yang matang
dilepaskan dari indung telur. Belum diketahui apakah telur-telur berasal dari
indung telur yang sama atau berasal dari kedua buh indung telur, juga belum
diketahui mengapa lebih dari satu telur yang matang dilepaskan selam siklus
haid yang menyimpang dari pola yang biasa.
Setelah
dilepaskan dari salah satu folikel ovum (indung telur), telur-telur menemukan
jalan ke ujung tuba Fallopi di dekat indung telur yang telah melepaskannya.
Sekali telur-telur masuk ke dalam tuba, cairan telur-telur didorong oleh
kombinasi faktor-faktor: cilia, atau sel-sel berbentuk rambut di sepanjang
tuba, cairan yang terdiri dari estrogen dari folikel indung telur dan lendir
dari lapisan tuba, dan kontraksi yang ritmis dan progresif dari dinding-dinding
tuba. Bila panjangnya siklus haid adalah normal, kurang lebih dua puluh delapan
hari, ovulasi terjadi antara hari kelima dan kedua puluh tiga dari siklus
rata-rata pada hari kesebelas.
c. Pembuahan
Pembuahan
(fertilization), yang terjadi pada masa kehamilan merupakan tahap ketiga dari
permulaan perkembangan sejak mulanya kehidupan baru. Biasanya pembuahan terjadi
sementara ovum masih berada dalam tuba Fallopi. Lebih spesifik lagi, umumnya
pembuahan terjadi dalam dua belas sampai ketiga puluh enam jam dan biasanya
terjadi pada dua puluh empat jam pertama setelah telur-telur memasuki tuba.
Selama sang gama (coitus) spermatozoon disimpan di mulut uterus. Melalui daya
tarik hormonal yang kuat spermatozoon masuk ke dalam tuba yang dibantu mencari
jalannya oleh kontraksi otot yang ritmis.
Setelah
spermatozoon menembus ovum, permukaan ovum berubah sedemikian rupa sehingga
tidak ada spermatozoon yang lain masuk. Setelah sel sperma menembus dinding
ovum, inti dari kedua sel saling mendekati. Terjadi kerusakan pada selaput yang
mengelilingi masing-masing nukleus dan ini menyebabkan kedua inti dapat
bergabung. Jadi, empat puluh enam kromosom telah bergabung, separuh berasal
dari sel wanita dan separuhnya lagi dari sel laki-laki.
2. Tahap-tahap Perkembangan Prenatal
Menurut perspektif islam,
kehidupan manusia telah dimulai pada saat sebelum lahir. Manusia memiliki ruh
yang telah hidup sebelum saat kelahiran di dunia. Ruh manusia ini ditiupkan
malaikat untuk masuk ke dalam jasad manusia pada saat dikandungan ibunya.
Jasmani manusia, yang
menjadi wadah bagi ruh selama ia mengalami kehidupan duniawi, juga diciptakan
Allah sesuai dengan ketentuanya. Al-Qur’an
dan hadis banyak membahas tentang itu. Al-Quran bahkan merupakan
satu-satunya kitab suci yang membahas tentang awal proses perkembangan pra
kelahiran manusia di dalam perut ibu secara cukup rinci. Kemudian setelah
peralatan kedokteran berkembang pesat secara, gambar pra kelahiran ini terbukti
secara empirik. Diantara perkebangan yang teramat penting dalam kehidupan
manusia ialah sewaktu dalam kandungan ibu (prenatal). Proses perkembangan masa
prenatal atau pralahir umumnya dibagi menjadi ke dalam tiga tahap periode
utama: germinal, embryonis dan fetal. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut
mengenai ketika periode prenatal tersebut:
1. Periode Germinal
Periode awal atau
germinal adalah periode perkembangan prenatal atau pralahir yang
berlangsung pada dua minggu pertama setelah membuahan. Ini meliputi penciptaan
zigot, dilanjutkan dengan pemecahan sel, dan melekatnya zigot ke dinding
kandungan. Sekitar seminggu setelah pembuahan, zigot terdiri dari 100 hingga
150 sel. Pemisahan sel telah di mulai ketika lapisan dalam dan lapisan luar
organisme terbentuk.
Blastocyst adalah
lapisan dalam sel yang berkembang menjadi embrio. Trophoblast adalah lapisan
luar sel yang berkembang selama periode germinal. Sel-sel ini kemudian
menyediakan gizi dan dukungan bagi embrio. Implantantion yaitu melekatnya zigot
pada dinding rahim atau kandungan, berlangsung kira-kira sepuluh hari setelah
pembuahan.
2. Periode Embrionis
Periode embrionis
adalah periode perkembangan masa prenatal atau prakelahiran yang terjadi dari
dua hingga delapan minggu setelah pembuahan. Selama periode embrionis, angka
pemisahan sel meningkat, sistem dukungan bagi sel terbentuk, dan organ-organ
mulai tampak.
Endoderm embrio
adalah lapisan dalam sel, yang berkembang menjadi sistem pencernaan dan
pernafasan. Lapisan luar sel pecah menjadi dua bagian. Ectoderm adalah lapisan
sistem luar yang menjadi sistem saraf, penerimaan sensor (telinga, hidung,
mata, misalnya), dan bagian kulit (rambut dan kuku, misalnya). Mesoderm adalah
lapisan tengah yang akan menjadi sistem peredaran, tulang, otot, sistem
pembuangan, dan sistem reproduksi.
Ketika sistem
ketiga lapisan ini terbentuk, sistem dukungan kehidupan bagi embrio matang dan
berkembang dengan cepat. Sistem dukungan kehidupan ini meliputi ari-ari, tali
pusar, dan amnion. Ari-ari adalah suatu sistem dukungan kehidupan yang terdiri
dari sekelompok jaringan atau lapisan yang berbentuk disk atau piring yang
didalamnya pembuluh darah ibu dan anak mengait tetapi tidak menyatu. Tali
pusar adalah suatu sistem dukungan kehidupan yang mengandung pembuluh nadi dan
datu pembuluh vena, yang menghubungkan bayi dan ari-ari. Amnion adalah suatu
keranjang atau amplop yang berisi cairan bening yang didalamnya embrio yang
sedang berkembang mengapung.
3. Periode Fetal
Periode fetal
adalah periode perkembangan masa prenatal atau pralahir yang mulai dua bulan
setelah pembuahan dan pada umumnya berlangsung selama tujuh bulan. Pertumbuhan
dan perkembangan melanjutkan rangkaian dramatisnya selama periode ini. Tiga
bulan setelah pembuahan, panjang janin kira-kira tiga inci dan beratnya satu
ons. Janin semakin aktif, menggerakkan tangan dan kakinya, membuka dan menutup
mulutnya, dan menggerakkan kepalanya.
Wajah, dahi,
kelopak mata, hidung dan dagu dapat dibedakan, demikian juga lengan bagian
atas, lengan bagian bawah, tangan, dan tungkai serta alat kemaluan dapat
diidentifikasi sebagai laki-laki atau perempuan. Pada akhir bulan keempat,
janin tumbuh hingga lima setengah inci dan bertanya hingg empat ons. Pada
bagian ini, suatu percepatan pertumbuhan terjadi pada tubuh bagian bawah.
Refleks prenatal atau prakelahiran semakin kuat; gerakan-gerakan lengan dan
kakau dapar dirasakan untuk pertama kali oleh ibunya.
Pada akhir bulan
kelima, panjang janin kira-kira sepuluh hingga dua belas inci dan bertanya
setengah hingga satu pon. Struktur kulit sudah terbentuk, misalnya kuku jari
kaki dan kuku jari tangan. Janin semakin aktif yang memperlihatkan keinginan
suatu posisi tertentu di dalam kandungan.
Pada bulan akhir
keenam, panjang janin kira-kira empat belas inci dan bertanya naik setengah
hingga satu pon lagi. Mata dan kelopak mata benar-benar terbentuk, dan suatu
lapisan rambut halus menutup kepala. Refleks menggenggam muncul, dan pernafasan
yang belum beraturan terjadi.
Pada bulan akhir
ketujuh, panjang janin empat belas hingga tujuh belas inci dan berat naik
beberapa pon lagi hingga dua setengah hingga tiga pon. Selama
bulan kedelapan dan kesembilan, janin bertumbuh lebih panjang dan naik lebih
berat lagi, kira-kira delapan pon. Ketika lahir, rata-rata bayi Amerika bertambah tujuh hingga tujuh setengah pon dan tingginya sekitar 20 inci. Pada dua
bulan terakhir, lapisan atau jaringan lemak berkembang dan fungsi berbagai
sistem organ seperti jantung dan ginjal berjalan.
C. Kondisi Penting Saat Kehamilan
Pada
saat kehamilan, ada empat kondisi penting yang mempengaruhi perkembangan
individual selanjutnya
1.
Penentuan Sifat Bawaan
Peristiwa penting yang
pertama pada saat kehamilan adalah waktu pembuahan karena pada saat inilah
waktunya untuk menentukan sifat bawaan
individu yang baru diciptakan. Pada fase ini ditentukan sifat bawaan yang diperoleh
dari kedua orang tua dan nenek dari pihak ibu maupun pihak ayah. Karena sifat
bawaan ditentukan satu kali saja untuk seluruh kehidupan seseorang pada saat
kehamilan, maka hal ini menjadi jauh lebih penting daripada seandainya sifat
bawaan dapat berubah dalam tahap-tahap perkembangan berikutnya.
Hal ini adalah karena
dalam masing-masing sel kelamin, baik pria maupun sel wanita, terdapat 23
kromosom, dan setiap kromosom mengandung ribuan partikel yang dinamakan “gen”.
Gen inilah yang dipandang sebagai factor penentu keturunan. Gen terdiri dari
bahan kimia yang memiliki struktur sangat rumit, yang dikenal dengan DNA (deoxyribonucleic acid), yang akan memberikan arah pada pembentukan zat kimia
lainnya, yaitu protein. Salah satu dari protein ini adalah “protein structural”
yang ada dalam darah, otot, jaringan tubuh, alat tubuh, dan struktur badan
lainnya. Bentuk kedua dari protein ialah “enzim” yang bertugas mengendalikan
reaksi kimia fisik di dalam tubuh (pengadaan dan penyimpanan tenaga, peleburan
makanan, dan waktu yang diperlukan untuk perkembangan).
Gen dari cirri dan fungsi yang
tertentu terletak pada tempat yang tertentu yang dinamakan loci (locus) pada kromosom tertentu pula.
Sewaktu sperma dan ovum bergabung, zigot akan menerima satu gen dari
masing-masing lokus kromosom darri masing-masing orang tua. Bila gen-gen yang
diterima oleh zigot pada lokus tertentu ternyata ada “perintah” yang saling
berlawanan, kemungkinan ialah salah satunya akan menguasai sepenuhnya, atau
hanya sebagian, atau kedua unsure yang saling berlawanan itu akan membentuk
satu hasil yang tertentu (Davindoff, 1988).
Orang tua memberikan
separuh kromosom mereka kepada setiap anak-anaknya, di mana mereka ini menerima
kombinasi yang berbeda-beda. Ini berarti bahwa tubuh manusia merupakan
eksperimen yang palilng unik, yang tidak dapat diulangi atau dicoba pada orang
lain, kecuali mereka yang kembar dua atau tiga. Kembar identik atau sering
disebut monozigot (satu telur)
merupakan kejadian yang langka, karena terjadi dari pecahnya satu zigot menjadi
dua zigot atau lebih dengan gen yang identik. Sedangkan bayi kembar yang
kebanyakan adalah fraternal atau dizigot. Asal-usulnya adalah dari
pertemuan antara sperma dan ovum yang berbeda, dan antara kembar tersebut
cesara genetic mirip dengan mereka yang kakak beradik tidak kembar, yaitu
memiliki 50% dari gen mereka. Karena itu, secara umum manusia satu dengan
manusia lainnya mempunyai variasi, yang sangat berbeda-beda di dalam genetic.
Anggota keluarga bisa mirip tetapi orang tidak mempunyai hubungan darah akan
memperlihatkan ciri yang berbeda.
Penentuan sifat bawaan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya dalam dua hal. Pertama, factor keturunan
membatasi sejauuh mana individu dapat berkembang. Kalau kondisi-kondisi sebelum
dan sesudah lahir menguntungkan, dan kalau seseorang mempunyai dorongan yang
sangat kuat, ia dapat mengembangkan sifat-sifat fisik dan mental yang
diwarisinya sampai batas maksimumnya, tetapi tidak dapat berkembang lebih jauh
lagi (10,52, 66). Montagu menekankan, “Kalau kita menguasai lingkungan berarti sedikit banyak
kita menguasai factor keturunan. Keturunan, dikatakan, menentukan apa yang
dapat kita lakukan, dan lingkungan menentukan apa yang kita lakukan (53).
Yang kedua adalah bahwa
sifat bawaan sepenuhnya merupakan masalah kebetulan tidak ada cara tertentu untuk
mengendalikan jumlah kromosom dari pihak ibu atau ayah yang akan diturunkan
pada anak. Schienfeld menjelaskan bahwa kelahiran individu bergantung pada
persatuan ovum tertentu dengan sperma tertentu. Kemungkinan terjadinya
persatuan ini hanya 1 dalam 300.000.000.000.000 (300 triliyun) (66).
2. Penentuan Jenis Kelamin
Penentuan jenis kelamin (sex)
individu merupakan unsur penting kedua yang terjadi pada saat pembuahan. Jenis
kelamin tergantung pada jenis spermatozoon yang menyatu dengan ovum.
Dua jenis spermatozoa matang
diproduksi dalam jumlah yang sama. Yang pertama mengandung dua puluh dua pasang
kromosom ditambah satukromosom X, yang kedua mengandung dua puluh dua pasang
kromosom ditambah satu kromosom Y. kromosom X dan Y adalah kromosom-kromosom
penentu jenis kelamin. Telur yang matang selalu mengandung kromosom X. Bila
telur ini dibuahi oleh spermatozoon pembawa kromosom Y, akan terjadi anak
laki-laki, kalau dibuahi oleh spermatozoon pembawa kromosom X, anak yang lahir
akan menjadi perempuan.
Sekali sel-sel pria dan wanita telah
bersatu, tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk mengubah jenis kelamin
individu yang baru dibentuk. Apakah individu ini laki-laki atau perempuan akan
mempengaruhi pola perilaku dan pola kepribadian sepanjang hidup individu itu.
Ada tiga alasan mengapa jenis
kelamin individu penting bagi perkembangan selama hidupnya. Pertama,
setiap tahun anak-anak mengalami peningkatan tekanan-tekanan budaya dari para
orang tua, guru, kelompok sebaya mereka, dan masyarakat yang mempengaruhi
perkembangan pola-pola sikap dan perilaku yang dipandang sesuai bagi kelompok
jenis kelamin mereka. Anak-anak yang belajar berprilaku sesuai dengan apa yang
dianggap wajar bagi jenis kelamin mereka akan menerima dukungan sosial.
Sebaliknya, anak-anak yang gagal menyesuaikan diri akan mengalami kritik dan
akan dikucilkan oleh masyarakat.
Kedua, pengalaman belajar
ditentukan jenis kelamin individu. Di rumah, di sekolah, dan di dalam kelompok
bermain, anak-anak belajar apa yang dianggap pantas untuk anggota-anggota jenis
kelamin mereka. Anak laki-laki yang belajar memainkan anak perempuan disebut
sebagai “banci” dan anak-anak perempuan yang menyukai permainan laki-laki
dikenal sebagai “tomboy”.
Ketiga, dan mungkin yang
terpenting adalah sikap orang tua dan anggota-anggota keluarga penting lainnya
terhadap individu sehubungan dengan jenis kelamin mereka. Penelitian tentang
kecenderungan jenis kelamin yang disukai menunjukkan bahwa anggapan tradisional
yang lebih menyukai anak laki-laki terlebih sebagai anak pertama, masih banyak
ditemukan. Kuatnya pemilihan jenis kelamin tertentu akan mempengaruhi
sikap-sikap orang tua yang selanjutnya mempengaruhi perilaku mereka kepada anak
dan hubungan mereka dengan anak.
3.
Penentuan Jumlah Anak
Peristiwa penting lain
yang terjadi pada masa pembuahan adalah penentuan jumlah anak, apakah kelahiran
berbentuk tunggal atau kembar. Meskipun pada umumnya dalam peristiwa kelahiran
hanya satu anak yang dilahirkan, namun sering juga terjadi kelahiran kembar,
baik kembar dua, tiga, empat, maupun kembar lima. Meredith melaporkan bahwa 1
dari 80 kelahiran terjadi kembar dua, 1 dari setiap 9.000 kelahiran terjadi
kembar tiga, dan 1 dari setiap 570.000 terjadi kembar empat (47). Orang-orang
kulit hitam lebih sering melahirkan bayi kembar, dan orang-orang Cina, Jepang,
dan kelompok ras Mongoloid lainnya lebih jarang ketimbang orang-orang kulit
putih (47,53,65).
Kelahiran anak kembar ini
terjadi apabila ovum yang telah dibuahi (zygote)
oleh satu spermatozoa membelah menjadi dua bagian atau lebih yang terpisah
selama tahap-tahap permulaan pembelahan sel. Apabila ini terjadi, akan
menghasilkan kembar identik (uniovolar),
dua, tiga, atau lebih. Tetapi, kalau dua ovum atau lebih dibuahi secara
bersamaan oleh spermatozoa yang berlainan, akan menghasilkan kembar non-identik
(biovolar, atau fraterbal), dua, tiga, atau lebih.
Sekitar sepertiga dari
semua bayi kembar lahir dalam kembar identik. Karena kromosom-kromosom dari
gen-gen dari dua zigot atau lebih dari mana individu-individu kembar
non-identik berkembang tidak sama, maka keadaan mental dan fisik mereka juga
berbeda. Sebaliknya, kembanr identik berasal dari zigot yang sama mempunyai
keadaan mental dan fisik yang sama dan konsekuensinya, mereka mempunyai
kumpulan kromosom dan gen-gen yang sama. Anak-anak kembar identik selalu
mempunyai jenis kelamin yang sama, sedangkan anak-anak kembar non-identik
mungkin terjadi dari jenis kelamin yang sama atau berlainan.
Dilihat dari perspektif
perkembangan, kelahiran anak tunggal dan kembar ini jelas memiliki perbedaan
yang signifikan, serta mempunyai pengaruh terhadap pola perkembangan sebelum
dan sesudah kelahiran. Dalam lingkungan sebelum lahir misalnya, anak-anak dari
kelahiran kembar berbeda dalam hal-hal penting dari kelahiran tunggal. Bagi
anak tunggal, uterus ibu sepenuhnya dimilikinya, sehingga ia dapat bergerak dan
berkembnag dengan bebas di dalamnya. Sedangkan bagi anak kembar, ia terpaksa
berdesakan di ruang alamiah itu. Akibatnya salah satu di antanya berada dalam
dalam posisi yang kurang menguntungkan daripada yang lain.
Kemudian,
dalam llingkungan pascalahir, anak kelahiran kembar juga berbeda denga
kelahiran tunggal. Bayi kelahiran tunggal jelas akan mendapat perhatian dari
orang tua sepenuhnya. Sebaliknya, bayi kelahiran kembar harus berbagi waktu dan
perhatian orang tua. Di samping itu, banyak orang tua, terutama ibu yang merasa
bahwa bayi-bayi kembar harus memakai baju yang sama dan melakukan permainan
yang sama, terutama apabila bayi-bayi itu memiliki jenis kelamin yang sama.
Adanya tekanan-tekanan untuk menjadi
sama dan diabaikannya kesempatan-kesempatan untuk mengembangkan individualitas
mereka sendiri akan meninggalkan bekas pada kepribadian dan pola perilaku
mereka.
4.
Penentuan Urutan Anak
Posisi anak dalam urutan saudara-saudaranya
merupakan kondisi yang ditentukan pada saat pembuahan, dan mempunyai pengaruh
mendasar terhadap perkembangan selanjutnya. Hal ini adalah karena umumnya orang
tua memiliki sikap, perlakuan dan memberikan peran yang spesifik terhadap anak tunggal,
anak tertua, anak menengah, atau anak bungsu. Sikap, perlakuan dan peran yang
diberikan orang tua sesuai denga tempat dan urutannya dalam keluarga ini
mempunyai pengaruh terhadap kepribadian dan pembentukan sikap anak, baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain, serta menjadi salah satu
factor yang mempengaruhinya dalam mengembangkan pola perilaku tertentu.
Misalnya, bila anak pertama diharapkan bertindak sebagai contoh bagi saudaranya
yang lebih muda dan merawat mereka, hal ini akan mempengaruhi sikap anak
pertama terhadap diri dan perlaku mereka sendiri sepanjang rentang hidupnya.
Beberapa telaah tentang
pengaruh posisi urutan terhadap penyesuaian dalam perkawinan di kemudian hari,
menunjukan bahwa penyesuaian perkawinan yang terbaik terjadi dalam
keluarga-keluarga dimana suami merupakan anak tertua yang mempunyai adik-adik
wanita. Sebab para suami yang dilahirkan sebagai anak pertama telah belajar
bertanggung jawab dan mengadakan penyesuaian yang lebih baik dalam kehidupan
perkawinan. Sedangkan penyesuaian yang terburuk dan jumlah perceraian terbesar
terdapat dalam keluarga di mana suami merupakan adik yang mempunyai kakak-kakak
wanita. Kenyataan menunjukan bahwa anak pertama cenderung lebih cerdas dan
berprestasi tinggi daripada saudara-sauradanya yang lebih muda.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa periode prenatal merupakan periode awal kehidupan manusia
yang sangat menentukan pola perkembangannya pada periode-periode selanjutnya.
Sifat-sifat bawaan yang diturunkan sekali untuk selamanya dan berfungsi sebagai
dasar bagi perkembangan selanjutnya, ditentukan pada periode ini. Kondisi yang
baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembnagan sifat bawaan, sedangkan
kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembnagannya, bahkan merusak
perkembangan selanjutnya. Di samping itu, periode prenatal juga merupakan
periode penentuan jenis kelamin individu.
Beberapa ciri
umum sehubungan dengan posisi urutan:
1. Anak Pertama
a.
Berprilaku secara matang karena berhubungan dengan
orang-orang dewasa dank arena diharapkan memikuk tanggung jawab.
b.
Benci terhadap fungsinya sebagai teladan bagi adik-adiknya
sebagai pengasuh mereka.
c.
Cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok dan mudah
dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orang tua.
d.
Mempunyai perasaan kurang aman dan perasaan benci sebagai
akibat dari lahirnya adik yang sekarang menjadi pusat perhatian.
e.
Kurang agresif dan kurang berani karena perlindungan orang
tua yang berlebihan.
f.
Mengembangkan kemampuan memimpin sebagai akibat dia harus
memikul tanggung jawab di rumah. Tetapi sering disanggah dengan kecenderungan
untuk menjadi “bos”.
g.
Biasanya berprestasi tinggi atau sangat tinggi karena
tekanan dan harapan orang tua dan keinginan untuk memperoleh kembali perhatian
orang tua bila ia merasa bahwa adik-adiknya merebut perhatian orang tua dari
adiknya.
h.
Sering tidak bahagia karena adanya perasaan kurang aman yang
timbul dari berkurangnnya perhatian orang tua dengan keahiran adik-adiknyadan
benci karena mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih banyak daripada
adik-adiknya.
2. Anak Kedua
a.
Belajar mandiri dan bertualang adalah akibat dari kebebasan
yang lebih banyak.
b.
Menjadi benci atau berusaha melebihi perilaku kakaknya yang
lebih diunggulkan.
c.
Tidak menyukai keistimewaan yang diperolah kakanya.
d.
Bertingkah dan melanggar peraturan untuk menarik perhatian
orang tua bagi dirinya sendiri dan merebut perhatian orang tua dari kakak atau
adik-adiknya.
e.
Mengembangkan kecenderungan untuk menjadi “bos”, mengejek,
mengganggu atau bahkan meyerang adik-adiknya yang memperoleh lebih banyak
perhatian orang tua.
f.
Mengembangkan kebiasaan untuk tidak berprestasi tinggi
karena kurangnya harapan-harapan orang tua dan kurangnya tekanan untuk
berprestasi.
g.
Mempunyai tanggung jawab yang lebih sedikit dibandingkan
tanggung jawab anak pertama. Sering ditafsirkan bahwa anak tengah lebih rendah
daripada anak pertama. Hal ini melemahkan pengembangan sifat-sifat
kepemimpinan.
h.
Terganggu oleh perasaan-perasaan diabaikan orang tua yang
selanjutnya mendorong timbulnya berkembangnya gangguan perilaku.
i.
Mencari persahabatan dengan teman-teman sebaya di luar
rumah, hal ini seringkali mengakibatkan penyesuaian sosial yang lebih baik
daripada penyesuaian anak pertama.
3. Anak Bungsu
a.
Cenderung keras dan banyak menuntut sebagai akibat dari
kurang ketatnya disiplin dan “dimanjakan” oleh anggota-anggota keluarga.
b.
Tidak banyak memiliki rasa benci dan rasa aman yang lebih
besar karena tidak pernah diasaingi oleh saudara-saudaranya yang lebih muda.
c.
Biasanya dilindungi oleh orang tua dari kekurangan fisik
atau verbal kakak-kakaknya dan hal ini mendorong ketergantungan dan kurangnya
rasa tanggung jawab.
d.
Cenderung tidak berprestasi tinggi karena kurangnya harapan
dan tuntutan orang tua.
e.
Mengalami hubungan sosial yang baik di luar rumah dan
biasanya popular tetapi jarang menjadi pemimpin karena kurangnya kemauan
memikul tanggung jawab.
f.
Cenderung merasa bahagia karena memperoleh perhatian dan
“dimanjakan” anggota-anggota keluarga selama awal masa kanak-kanak.
D. Faktor
dan Efek yang Mempengaruhi
Perkembangan Prenatal
Selama periode prenatal
ini, rahim merupakan lingkungan yang sangat menentukan perkembangan janin.
Pada umumnya, kondisi rahim ibu itu
sangat nyaman bagi janin dan terlindung dari setiap gangguan.
Tetapi, hal ini tidak berarti
bahwa janin tersebut secara absolute luput dari pengaruh-pengaruh
luar (Santrock, 1995).
Sebagian
besar proses pertumbuhan janin sangat bergantung pada kondisi internal ibu, baik kondisi fisik maupun
psikisnya. Sebab ibu dan janin merupakan satu unitas organik yang tunggal. Semua
kebutuhan ibu dan janin dipenuhi melalui proses fisiologis
yang sama. Substansi fisik ibu akan mengalir pula ke dalam jasad janinnya. Demikian pula
dengan setiap gerakan yang dilakukan ibu, dapat memberikan
rangsangan berupa pengalaman indra yang beranekaragam. Oleh sebab itu,
kesehatan ibu, pengaturan diet, pemakaian obat, serta kondisi emosional ibu
dapat menimbulkan pengaruh kimia prenatal (chemical
prenatal influence) yang berakibat kerusakan sel dan merupakan kejadian
traumatic (traumatic event). Berikut beberapa faktor dan
efek yang mempengaruhi perkembangan prenatal.
1. Kesehatan Ibu
Penyakit yang diderita
ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan masa prenatal. Apalagi penyakit
tersebut bersifat kronis, seperti kencing manis,
TBC, radang saluran kencing, penyakit kelamin, dan sebagainya dapat
mengakibatkan lahirnya bayi-bayi yang cacat. Demikian pula jika terjadi
benturan ketika janin berusia 3 bulan disertai dengan gangguan kesehatan pada
ibu, seperti influenza, gondok atau cacar, dapat merusak perkembangan janin.
Bahkan, apabila ibu hamil terserang campak rubella (campak jerman), dapat dipastikan bahwa
60% kemungkinan bayi lahir dalam keadaan cacat seperti kebutaan, ketulian,
kelainan jantung, kerusakan pada sistem saraf pusat, serta
keterbelakangan mental dan emosional.
Selain itu, sifilis juga merupakan
penyakit yang membahayakan pada perkembangan
prenatal. Selain mempengaruhi organogenesis, sifilis juga merusak organ
setelah organ terbentuk. Kerusakan meliputi luka mata yang dapat menyebabkan
kebutaan dan juga dapat menyebabkan kematian pada janin. Janin yang dapat
bertrahan hidup memperlihatkan tanda-tanda seperti penyakit kuning, anemia,
radang paru-paru, penyakit kulit dan radang tulang (blackman , 1990).
AIDS (acquired immune deficiency syndrome) juga sangat mematikam pada
masa perkembangan prenatal. Mayoritas ibu yang menularkan HIV kepada
keturunannya terinfeksi melalui penggunaan obat-obatan yang disuntikan kedalam
pembuluh darah atau hubungan heteroseksual dengan para pengguna obat-obatan
suntik (santock, 1995).
Setidak-tidaknya ada tiga cara ibu yang
menderita AIDS menginfeksi anaknya:
1)
Selama hamil, melalui ari-ari
2)
Selama melahirkan, melalui kontak dengan darah atau cairan
ibu
3)
Setelah melahirkan melalui air susu
2. Gizi Ibu
Faktor lain yang sangat
berpengaruh tehadap perkembangan pada masa prenatal adalah gizi ibu. Hal ini
karena janin yang sedang berkembang sangat tergantung pada gizi ibunya, yang
diperoleh dari darah ibunya. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan
gizi cenderung cacat. Ibu-ibu yang makanannya buru cenderung memiliki anak yang
beratnya paling rendah, kurang vitalitas, dan lahir premature atau meninggal.
Suatu penelitian tentang ibu-ibu di
Iowa mendokumentasikan pentingnya peran gizi dalam perkembangan masa prenatal
dan kelahiran. Makanan 400 orang wanita hamil dipelajari dan status bayi mereka
yang baru lahir diukur. Ternyata, ibu-ibu yang makanannya paling buruk
cenderung memiliki anak yang beratnya paling rendah, kurang vitalitas, dan
lahir premature atau meninggal. Dalam penelitian lain, makanan tambahan (diet
supplement) yang diberikan kepada ibu-ibu yang kekurangan gizi selama
kehamilan meningkatkan performa anak mereka selama 3 tahun pertama kehidupannya
(Werner, dalam Santrock, 1995).
3. Pemakaian Bahan-bahan Kimia Oleh Ibu
Bahan-bahan
kimia yang terdapat dalam obat-obatan atau makanan yang ada dalam peredaran
darah ibu yang tengah hamil, dapat mempengaruhi perkembangan janin. Bahan-bahan kimia tersebut
dapat menimbulkan efek samping, baik pada fisik maupun system kimiawi dalam tubuh
janin, yang dinamakan metabolite.
Selain satu jenis obat yang
mengandung bahan kimia yang membahayakan perkembangan janin adalah thalidomide.
Pada orang dewasa, thalidomide tidak berdampak buruk. Tetapi pada
embrio, obat penenang itu sangat merusak. Kalau ibu menelan thalidomide
selama dua bulan pertama kehamilan, dapat menghambat pertumbuhan lengan dan
kaki janin (Seiffert & Hoffnung, 1994).
Penelitian awal yang dilakukan David
Carr terhadap ibu-ibu yang menggunakan pil anti hamil, merekomendasikan bahwa
bagi ibu yang menelan pil anti hamil jangan hamil terlalu dekat dengan saat
dihentikannya penggunaan pil tersebut. Sebab, dari 54 kasus keguguran yang
terjadi 6 bulan setelah ibu berhenti menggunakan pil anti hamil, sebanyak 48%
menunjukkan kromosom yang abnormal (Davidof, 1988).
Minuman
yang mengandung alkohol juga merupakan zat
lain yang dapat mempengaruhi masa prenatal. Wanita pecandu alkohol dan tetap
meminumnya selama kehamilannya dalam frekuensi yang sering, kemungkinan besar
akan melahirkan bayi dengan gejala yang disebut “sindrom alcohol janin” (Fetal Alcohol syndrome, FAS), yaitu
sekelompok keabnormalan yang tampak pada anak dari ibu yang banyak meminum
alkohol selama kehamilan. Keabnormalan itu meliputi cacat pada wajah, seperti
hidung dan bibir bawah pendek. Jika ibu hamil meminum alkohol setelah tri mester,
kemungkinan bayi menderita kelainan jantung,
kepala kecil, penyimpangan pada tulang, serta memperlihatkan perlambatan
perkembangan mental dan motorik (Barr et.all., 1990).
Menghisap rokok oleh wanita hamil juga dapat
berdampak buruk bagi perkembangan masa prenatal, kelahiran, dan perkembangan
pasca lahir., seperti pengurangan bobot kelahiran, aborsi spontan, premature
dan sindrom
kematian bayi
yang tinggi selam proses kelahiran, serta penyesuaian diri yang buruk. Secara
rinci dampak penggunaan obat-obatan terhadap perkembangan masa prenatal sebagai
berikut:
Dampak Penggunaan Obat-obatan Selama Kehamilan
Obat-obatan
|
Dampaknya pada Janin dan Anak
|
Alkohol
Nikotin/rokok
Obat penenang
Barbiturates
Amfetamin
Kokain
Marijuana
|
Jumlah kecil menambah
resiko aborsi spontan. Jumlah sedang (1-2 kali minum sehari) diasosiasikan
dengan munculnya ketidakmampuan memberi perhatian pada masa bayi. Jumlah
banyak menyebabkan sindrom alkohol janin. Menurut beberapa ahli, jumlah kecil
hingga besar, khususnya pada 3 bulan pertama kehamilan dapat meningkatkan
sindrom alkohol janin.
Merokok berat
diasosiasikan dengan rendahnya berat lahir bayi, yang berarti dapat mengindap
lebih banyak masalah kesehatan dibandingkan dengan bayi lain. Merokok dapat
membahayakan khususnya pada pertengahan kedua kehamilan.
Selama 3 bulan pertama
kehamilan, obat penenang dapat menyebabkan langit-langit mulut terbelah atau
cacat bawaan lahir.
Ibu yang menggunakan
dosis tinggi dapat membuat bayi kecanduan, mengalami gemetar, gelisah, dan
mudah terluka.
Dapat menyebabkan
kelainan lahir
Menyebabkan
ketergantungan obat-obatan dan gejala buruk pada kelahiran,baik fisik maupun
mental, khususnya kalau ibu menggunakannya pada 3 bulan pertama
kehamilan,seperti hipertensi, masalah jantung, keterbelakangan perkembangan,
dan kesulitan belajar.
Dapat menyebabkan
berbagai kelainan lahir dan diasosiasikan dengan rendahnya berat dan panjang
bayi.
|
SUMBER:
diadaptasi dari Jhon W. Santrock, (1995) Keadaan dan Ketegangan Emosi Ibu
4. Keadaan dan Ketegangan Emosi Ibu
Keadaan
emosional ibu selama kehamilan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan masa prenatal. Hal ini adalah karena ketika sepramh ibu hamil
mengalami ketakutan, kecemasan, stres dan emosi lain yang mendalam, maka terjadi
perubahan psikologis, antara lain meningkatnya pernafasan dan sekresi oleh
kelenjar. Adanya produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan
akan menghambat aliran darah ke daerah kandungan dan membuat janin kekurangan
udara.
Ibu
yang mengalami kecemasan berat dan berkepanjangan sebelum atau selama
kehamilan, kemungkinan besar mengalami kesulitan medis dan melahirakan bayi
yang abnormal dibandingkan dengan ibu yang relative tenang dan
aman. Goncangan emosi diasosiasikan dengan kejadian aborsi spontan, kesulitan
proses lahir, kelahiran prematur dan penurunan berat, kesulitan pernafasan dari
bayi yang baru lahir dan cacat fisik.
Disamping
itu, stres dan kecemasan yang dialami ibu setelah kehamilan, diasosiasikan
dengan bayi yang sangat aktif, lekas marah (pemarah), dan tidak teratur dalam
makan, tidur, dan buang air.
Kecemasan pada ibu itu kemungkinan terus berlanjut sampai setelah anak lahir
(Sameroff & Chandler, 1975). Suatu studi memperlihatkan hubungan antara
kecemasan ibu selama kehamilan dan kondisi bayi yang baru lahir. Dalam studi
ini, ibu-ibu menjawab suatu kuesioner tentang kecemasan mereka setiap 3 bulan
selama kehamilan. Ketika bayi sudah lahir, berat bayi, tingkat aktivitas, dan
tangisanya diukur. Bayi dari ibu yang lebih cemas menangis lebih banyak sebelum
diberi makan dan lebih aktif daripada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
kurang cemas (Santrock, 1998).